Sebuah ledakan misterius terjadi pada 1257, di abad ke-13. Saking
dahsyatnya, jejak kimiawinya terekam dalam es di Arktik dan Antartika.
Teks dari Abad Pertengahan menceritakan tentang iklim yang secara
mendadak mendingin dan panen yang gagal. Membuat warga susah, bahkan
diduga banyak yang tewas.
Dan baru kini para ilmuwan menemukan gunung berapi yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Dalam jurnal sains, PNAS,
tim internasional menunjuk pada Gunung Samalas di Pulau Lombok,
Indonesia -- yang ini dikenal sebagai Gunung Rinjani. Hanya sedikit
struktur gunung api yang tersisa -- kini tampilannya hanya berupa danau
kawah Segara Anak.
Tim ilmuwan mengaitkan jejak sulfur dan debu di
es di kutub dengan data yang ditemukan di wilayah Lombok, termasuk
unsur radiokarbon, tipe dan penyebaran batu dan abu, cincin pepohonan,
dan bahkan sejarah lokal yang menyebut tentang runtuhnya Kerajaan Lombok
di suatu masa Abad ke-13.
"Buktinya sangat kuat dan menarik," kata Profesor Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, seperti dimuat BBC, 30 September 2013.
Koleganya
sesama ilmuwan, Profesor Franck Lavigne dari Pantheon-Sorbonne
University, Prancis menambahkan, "Kami melakukan sesuatu yang mirip
investigasi kriminal."
"Awalnya kami tak tahu siapa tersangkanya,
hanya berbekal hari 'pembunuhan' dan jejaknya dalam bentuk geokimia di
inti es. Itu memungkinkan kami melacak gunung yang bertanggung jawab."
Ledakan
1257 tersebut sebelumnya dikira terkait sejumlah gunung di Meksiko,
Ekuador, dan Selandia Baru. Namun, berdasarkan penelitian, sejumlah
kandidat tersebut gagal memenuhi prasyarat karbon dating dan geokimia.
Hanya Samalas yang cocok.
Peristiwa Global
Tim
yang langsung turun ke Lombok mengindikasikan setidaknya 40 kilometer
kubik batuan dan debu terlontar dari gunung yang mengamuk. Dengan
ketinggian lebih dari 40 kilometer ke langit.
Ledakan tersebut
pastilah luar biasa, hingga bisa mengirim material itu ke seluruh dunia,
dalam jumlah yang signifikan untuk dilacak sampai ke Greenland dan
lapisan es Antartika.
Dan, akibatnya pada iklim juga luar biasa.
Teks-teks
Abad Pertengahan mendeskripsikan cuaca yang mengerikan di musim panas
tahun berikutnya, pada 1928: dingin, hujan yang tak kunjung berhenti,
hingga memicu banjir.
Para arkeolog baru-baru ini juga menentukan
perkiraan tahun kematian pada 1258 pada ribuan orang yang dimakamkan di
kuburan massal di London.
"Kami belum bisa memastikan dua
kejadian tersebut -- meletusnya Samalas dengan kematian massal di
London. Namun, warga di masa itu pasti sangat tertekan."
Jika dibandingkan, kekuatan ledakan Samalas setidaknya sama besar dengan Krakatau (1883) dan Tambora (1815).
Inti
es juga menyimpan jejak peristiwa kolosal pada 1809 yang masih jadi
misteri. Seperti halnya jalan panjang menemukan Samalas, proses untuk
mengetahui asal muasal peristiwa 1809 akan sulit.
"Luar biasa
bahwa kita belum menemukan bukti dari peristiwa itu. Namun, tak ada
tempat di dunia yang bisa mengubur kabar buruk seperti itu."
0 komentar:
Posting Komentar