Kamis, 12 Desember 2013


Sebuah ledakan misterius terjadi pada 1257, di abad ke-13. Saking dahsyatnya, jejak kimiawinya terekam dalam es di Arktik dan Antartika.
Teks dari Abad Pertengahan menceritakan tentang iklim yang secara mendadak mendingin dan panen yang gagal. Membuat warga susah, bahkan diduga banyak yang tewas.
Dan baru kini para ilmuwan menemukan gunung berapi yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Dalam jurnal sains, PNAS, tim internasional menunjuk pada Gunung Samalas di Pulau Lombok, Indonesia -- yang ini dikenal sebagai Gunung Rinjani. Hanya sedikit struktur gunung api yang tersisa -- kini tampilannya hanya berupa danau kawah Segara Anak.
Tim ilmuwan mengaitkan jejak sulfur dan debu di es di kutub dengan data yang ditemukan di wilayah Lombok, termasuk unsur radiokarbon, tipe dan penyebaran batu dan abu, cincin pepohonan, dan bahkan sejarah lokal yang menyebut tentang runtuhnya Kerajaan Lombok di suatu masa Abad ke-13.
"Buktinya sangat kuat dan menarik," kata Profesor Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, seperti dimuat BBC, 30 September 2013.
Koleganya sesama ilmuwan, Profesor Franck Lavigne dari Pantheon-Sorbonne University, Prancis menambahkan, "Kami melakukan sesuatu yang mirip investigasi kriminal."
"Awalnya kami tak tahu siapa tersangkanya, hanya berbekal hari 'pembunuhan' dan jejaknya dalam bentuk geokimia di inti es. Itu memungkinkan kami melacak gunung yang bertanggung jawab."
Ledakan 1257 tersebut sebelumnya dikira terkait sejumlah gunung di Meksiko, Ekuador, dan Selandia Baru. Namun, berdasarkan penelitian, sejumlah kandidat tersebut gagal memenuhi prasyarat karbon dating dan geokimia. Hanya Samalas yang cocok.
Peristiwa Global
Tim yang langsung turun ke Lombok mengindikasikan setidaknya 40 kilometer kubik batuan dan debu terlontar dari gunung yang mengamuk. Dengan ketinggian lebih dari 40 kilometer ke langit.
Ledakan tersebut pastilah luar biasa, hingga bisa mengirim material itu ke seluruh dunia, dalam jumlah yang signifikan untuk dilacak sampai ke Greenland dan lapisan es Antartika.
Dan, akibatnya pada iklim juga luar biasa.
Teks-teks Abad Pertengahan mendeskripsikan cuaca yang mengerikan di musim panas tahun berikutnya, pada 1928: dingin, hujan yang tak kunjung berhenti, hingga memicu banjir.
Para arkeolog baru-baru ini juga menentukan perkiraan tahun kematian pada 1258 pada ribuan orang yang dimakamkan di kuburan massal di London.
"Kami belum bisa memastikan dua kejadian tersebut -- meletusnya Samalas dengan kematian massal di London. Namun, warga di masa itu pasti sangat tertekan."
Jika dibandingkan, kekuatan ledakan Samalas setidaknya sama besar dengan Krakatau (1883) dan Tambora (1815).
Inti es juga menyimpan jejak peristiwa kolosal pada 1809 yang masih jadi misteri. Seperti halnya jalan panjang menemukan Samalas, proses untuk mengetahui asal muasal peristiwa 1809 akan sulit.
"Luar biasa bahwa kita belum menemukan bukti dari peristiwa itu. Namun, tak ada tempat di dunia yang bisa mengubur kabar buruk seperti itu."

0 komentar:

Posting Komentar